Seni audio visual adalah hal yang tak dapat terpisahkan dari seorang Yulio Faruq Akhmadi. Terlebih saat dia masih duduk di bangku SMA, sejak kelas 10 Yulio bersama teman-temannya sudah menjajal berbagai perlombaan video. Bahkan kini namanya terukir di salah satu Piala yang menghiasi lemari piala di SMAN Rambipuji.
Kala itu masih tahun 2017, masa dimana teknologi videografi belum semaju sekarang. Saat itu hanya segelintir orang yang mengerti tentang teknik pengambilan gambar ataupun teknik editing video. Alhasil, Yulio dengan kecintaannya pada videografi kerap kali menjadi rebutan saat ada tugas kelompok untuk membuat video. Dirinya juga menjadi videografer andalan untuk mendokumentasikan acara-acara sekolah seperti pentas seni ataupun acara wisuda.
Siswa jurusan IPA itu pun melanjutkan pendidikannya di Universitas Jember Program Studi Televisi dan Film. Di kampus paling megah se Tapal Kuda itu, Yulio terus memperdalam keahliannya di bidang seni audio visual. Tak hanya itu, dia juga bergabung dengan komunitas belajar bahasa Inggris, yakni United Student English Forum (USEF). Tak heran namanya juga tercatat sebagai ketua English Conversation Club (ECC) semasa masih di Smara.
Memasuki semester 6, dia mendapat kesempatan untuk menjalani magang di salah satu perusahaan bidang media terbesar di Indonesia, yakni di Surya Citra Media (SCM). Perusahaan yang menaungi Indosiar, SCTV, Moji dan beberapa anak perusahaan lain. Disana Yulio ditempatkan menjadi kameramen studio di Liputan 6 SCTV dan Fokus Indosiar. Kesempatan magang itu tentu tak dia sia-siakan dengan mencari pengalaman sebanyak mungkin.
Memasuki akhir masa kuliah, Yulio mencoba mendaftarkan diri menjadi Jurnalis Fotografer di Jawa Pos Radar Jember. Dengan segudang pengalaman yang telah dia bangun sejak di bangku SMA, tak sulit baginya untuk diterima di perusahaan tersebut. Namun, bekerja sebagai jurnalis ternyata jauh lebih sulit dari yang selama ini dia bayangkan.
Tantangan demi tantangan terus dia temui dalam menjalani pekerjaannya. Sebagai seorang Jurnalis, setiap hari Yulio harus menemui narasumber untuk mendapat berita. Hal itu tentu bukanlah perkara mudah, apalagi jika calon nara sumber yang dia tuju adalah orang penting yang hanya sedikit memiliki waktu luang seperti kepala dinas, rektor bahkan bupati.
Kendati demikian semua kesulitan yang dia hadapi tak dipandang sebagai beban, melainkan sebagai motivasi untuk terus berkembang. Apabila di ingat-ingat, Yulio kini menyadari, beban dan kesulitan yang dia dapatkan semasa di SMA dahulu merupakan bentuk latihan untuk menghadapi kesulitan di dunia kerja yang nyatanya jauh lebih berat. Oleh karenanya, Yulio berpesan khususnya untuk murid di Smara saat ini agar tidak mundur dalam menghadapi berbagai tugas yang dibebankan oleh guru. Tidak mengapa sesekali mengeluh namun tetap harus menyelesaikan segala tantangan yang ada di sekolah, sebab di dunia kerja kesulitan itu akan berlipat ganda, jadi para murid harus siap sedari masih duduk di bangku SMA.
Oleh karenanya, Yulio berpesan khususnya untuk murid di Smara saat ini agar tidak mundur dalam menghadapi berbagai tugas yang dibebankan oleh guru. Tidak mengapa sesekali mengeluh namun tetap harus menyelesaikan segala tantangan yang ada di sekolah, sebab di dunia kerja kesulitan itu akan berlipat ganda, jadi para murid harus siap sedari masih duduk di bangku SMA.

